Kamis, 04 Agustus 2011

Konsepsi Ilmu Budaya Daya Dasar Dalam Musik


BAB I
PENDAHULUAN


Ada berbagai jenis musik yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya musik tradisional yang dulu sangat di gemari oleh penduduk kraton. Karena zaman terus maju dan musik-musik yang berkembang di duniapun semakin pesat, maka sekarang kita banyak mengenal jenis-jenis musik yang banyak di gemari oleh setiap manusia, yakni musik pop, rock, dan lain sebagainya.
Dampak sosial dari merajalelanya musik-musik ini, terasa sangat dominan pada generasi muda, atau paling tidak, mereka berjuang muda.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    GENERASI MUDA DALAM MUSIK

Membicarakan musik merupakan keasyikan tersendiri, sebab kita dihadapkan pada masalah-masalah yang sangat kita sukai, kita senangi, kita nikmati. Secara umum, sudah tentu hal ini sangat benar, sebab musik dikatakan sudah menguasai dengan hampir mutlak, sebagian dari hidup kita.
Musik sedemikian rusaknya kedalam kehidupan sosial masyarakat. Ia telah mengibarkan benderanya di pangung-pangung kesenian, konser-konser, radio, televisi, toko-toko, pusat perbelanjaan, di rumah-rumah, kamar-kamar, di warung-warung, di dalam mobil, di lokalisasi pelacuran, ataupun dikampus-kampus, sebagai iringan atau sebagai back sound, ia menemani manusia disaat manusia sedang belajar, bersantai, rekreasi, perjalanan, pacaran atau dalm perta-pesta, bahkan ketika sepasang manusia sedang melakukan kegiatan yang bersifat pribadi. Sehingga dengan demikian, nyatalah bahwa musik merupakan kebutuhan yang hakiki dalam kehidupan kita sehari-hari. Tiada hari tanpa musik.
Dampak sosial dari merajalelanya musik-musik ini, terasa sangat dominan pada generasi muda. Pemusik atau penikmatnya sebagian besar adalah generasi muda, atau paling tidak, mereka yang berjiwa muda. Akan halnya penikmatan musik ini, sejarah juga telah membuktikan, bahwa salah satu sifat atau ciri manusia Indonesia adalah artisik. Penikmatan musik yang terjadi dai kamar-kamar atau di disco-disco sambil berajojing, menyebabkan generasi muda gila musik. Satu generasi yang berlatar belakang cross-cultural  di indonesia, telah mmbentuk satu citra tersendiri, bagi kehidupan musikaria di sekitar kehidupan anak-anak muda. Dominasi musik barat dalam kehidupan sehari-hari. Lepas dari masalah positif-negatif, baik-buruk, atau benar-salahnya, hal ini sudah menunjukkan suatu dinamika kehidupan generasi muda. Suatu aksi telah mendapatkan reaksi.
Musik yang kita dengar sehari-hari secara umum, merupakan suatu kumpulan atau susunan bunyi atau nada, yang mempunyai ritme tertentu, serta mengandung isi atau nilai perasaan tertentu.
Ada beberapa hal definisi tentang musik, yang diucapkan atau dihasilkan para ahli. Sifatnya memang mengandung subjektif, tetapi minimal dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Diantaranya adalah:
·         Musik adalah ekspresi dari suatu yang agung
·         Musik adalah bahasa dunia: ia tidak perlu diterjemahkan, dalam musik berbicara dari jiwa kepada jiwa
·         Musik adalah suatu daerang atau suatu kawasan tempat dimana kata-kata tidak perlu ikut serta
·         Musik adalah janji atau jaminan akan hidup yang kekal abadi
·         Musik adalah bunyi-bunyian yang logis tetapi bukan logika dari suatu argumentasi, musik adalah suatu himpunan teratur dari vutalitas, suatu impian dimana-mana bunyi-bunyian dersatu padu dan mengkristalisasi
·         Musik adalah suatu perwujudan yang lebih tinggi daripada budi dan filsafat.
Kalau kita telusuri proses awal terbentuknya komunikasi kita dengan musik pop, ternyata kita  menemui suatu jalur khusus yang berliki-liku. Dari ide, melewati seleksi untuk direkam, pemilihan penyanyi, proses rekaman yang serba elektronik, publikasi, marketing, dan sebagainya. Dan kalau kita lihat, proses apa ini? Ini adalah suatu proses industri  dari suatu karya musik. Seni sudah berubah menjadi suatu karya industri.
Jenis “rock” ternyata masuk ke indonesia karena industri juga. Ia masuk lewat piringan hitam, cassette, atau top hit, top ten, top twenty atau apapun istilahnya, yang merupakan sarana promosi, langsung atau tidak , di radio-radio dan televisi. Dampak yang sangat terasa dalam kehidupan anak-anak muda, terutama kita lihat, betapa girangnya bersemangat dan antusiasinya mereka, ketika ada konser rock.
Diantara musik yang ada di indonesia, luar jenis-jenis musik yang dominan diatas, ada satu jenis musik yang erat kaitannya dengan kebudayaan islam. Satu contoh adalah kasidah. Kasidah dalam islam merupakan sajak lirik dengan metrum yang sesuai di nyanyikan atau disenandungkan, baik oleh penyanyi tunggal, paduan suara maupun sambut menyambuut antara keduanya. Isinya berupa pengagunggan terhadap ke Esaan Allah SWT, melukiskan kebesaran rasulnya, mengajak beramal dan berjihat di jalan Allah SWT serta anjungan untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagai alat pengiring biasanya digunakan rebana, ini juga meliputi alat modern.
Kehidupan kasidah di indonesia sudah mengakami banyak perkembangan pada dekade terakhir ini. Pengaruh-pengaruh musik jenis lain yang “masuk” kedalam kasidah buatan tahun 60/ 70 an.
Musik masa kini membanjir, telah merasuk jiwa anak muda, sehingga ketika kasidah menjadi pokok garapan, maka sadar atau tidak pengaruh musik masa kini untuk masuk kedalam kasidah. Secara sadar  unsur-unsur perbaruan itu memang sengaja ditampilkan untuk menarik nikmat. Melihat kenyataan ini, ternyata kasidah dapat dikembangkan jenis musik pengiringnya.


B.     PANDANGAN-PANDANGAN ISLAM TENTANG MUSIK MASA KINI

H. ABDULLAH BIN Nuh dalam musyawarah seniman budayawan islam menyampaikan prasarananya yang berjudul “kebudayaan dan kesenian menurut hukum islam” disitu ia memaparkan beberapa pendapat dari orang-orang yang berwenang dan berkewibawan dalam islam mebenarkan kesenian, diantara lain:
·         Mahmud Syaltul, Syaikhil Azhar berfatwa, bahwa ia cenderung kepada pendapat, bahwa tidak ada alasan berdsarkan Al-Quran dan Hadits, atau Qisas yang mengharamkan suara merdu berirama beserta alat apa saja.
·         Al-Nabulsi berfatwa bahwahadits-hadits yang dianggap alasan utuk mengharamkan musik adalah menunjukkan haramnya itu kalau berhubungan dengan perbuatan-perbuatan haram.
·         Pada Abdullah bin Zubair ada beberapa jariah yang pandai main gambus
·         Syair hasan bin Thabib, penyair Rasulullah, dinyanyikan oleh seorang biduanita dengan mizhar
·         Islam memang ada menghukum kesenian tertentu bersifat haram


C.    MUSIK ISLAM

Musik islami merupakan bentuk kesenian yang khas. Ia tidak semata-mata seni untuk alat dalam mencapai tujuan tertentu. Sebab dengan melandaskan takwa, akan lahir musik islami yang tetap menjamin kebebasan si seniman, tetapi dapat juga menyampaikan nilai-nilai islam secara lamgsung maupun tidak, kepada penikmatnya.
Kita justru harus bersikap terbuka dngan musik-musik yang datang dari luar, terhadap perkembangan teknologi, apapun perkembangan kebudayaan pada umumnya. Disamping kita juga harus sekaligus menguji, serta menimbang hal-hal mana yang patut kita tolak, atau kita kembangkan lebih lanjut. Batasan dalam hal ini tidak ada yang mutlak, sebab kebudayaan bukanlah barang mati.
Dalam islam, yang mutlak adalah agama, sebab ia adalah wahyu Tuhan. Sedangkan kebudayaan islam tebentuk dari manusia-manusia islam itu sendiri. Perkembangan kebudayaan pada umumnya ditentukan atau di lahirkan oleh akal budi manusia, untuk kepentingan hubungan antara manusia dengan manusia, yang juga sudah diatur oleh agama. Atas dasar itu, kita dapat mencari hal-hal, yang dalam hal ini adalah musik. Jadi kita harus luwes, sadar situasi, tanpa meninggalkan perintah Allah SWT.
Perlu diadakan forum musik jenis ini, dalam wujud pementasan ataupun diskusi secara lebi kontinyu, mengingat hal ini dapat untuk lebih mengembangkan serta membahasa berbagai kemungkinan dalam penciptaan atau pementasan musik islami. Kebudayaan islam harus berkembang sesuai dengan kata hati orang islam itu sendiri.
Karya seni akan tercipta dan terus berkembang, bila inovasi terus dilakukan. Dalam hal ini, faktor pendidikan musik dan pendidikan agama islam, sangatlah penting, sebab akan menjadi dasar yang mutlak bagi seniman, walaupun itu lebih banyak bekerja dengan perasaannya.
Yang paling penting dalam kelompok faktor-faktor generasi muda, islam, musik dn rock adalah generasi muda islam harus dapat bersikap, berbuat sesuatu, serta mempertanggung jawankannya.


D.    PEMAHAMAN DAN PENGHAYATAN MUSIK

Seni karawitan, degung sunda, musik kolintang, dan gendi sriwijaya adalah contoh dari musik daerah yang jumlah dan ragamnya banyak sekali. Gubahan musik pada mu negri, gugur bunga, hallo-hallo bandung, dan syukur adalah lagu-lagu nasional yang pada saat tertentudapat mengubah menjadi ungkapan perasaan yang mampu meluluhkan perasaan kebangsaan. Musik daerah maupun musik nasional adalah salah satu karya musik yang mengambarkan  ungkapan perasaan situasi dan kondisi kejiwaan maupun semangat yang berbeda-beda. Didalamnya tercantum suatu ungkapan perasaan yang beraneka ragam. Perasaan berupa kecintaan kepada tanah air, kebanggaan terhadap hasil budaya, ungkapan keberanuan, kegelisahan dan bahkan mengungkapkan cita-cita luhur.
Terlepas dari segala kekurangan yang timbul, usaha mengangkat musik trasidional, lebih-lebih dilakukan oleh anak-anak muda, ke tengah-tengah masyarakat pencinta musik ini patu dihargai. Usaha tersebut boleh dikatakan sebagai sumbangan sekelompok anak muda terhadap warisan nilai budaya bangsa, khususnya dibidang musik-musik tradisional.
Musik tradisional menunjukkan satu musik yang bersifat kolektif yang ada/ terdapat dalam satu komunitas tertentu. Komunitas tempat diketemukannya musik yang bersangkutan biasa yang sudah mempunyai tingkat peradaban tinggi maupun komunita yang masih mempunyai tingkat peradaban rendah atau terbelakang.
Pemisahan komunitas dalam dua kutub tersebut tidaklah berlebihan, mengingat dalam disiplin ethmomusicology dikenal pemisahan antara “folk music” dengan “primitove music”.
Musik-musik yang bersifat tradisional dan kolektif tersebut dianggap menggambarkan kepribadian komunal atau masyarakat setempat. Secara demikian, musik-musik tersebut sekaligus menyalakan semangat atau spirit kebersamaan dari komunitas yang bersangkuta. Perbedaan antara musik-musik tradisional yang dalam daerah pertanian dan nelayan bisa dipakai sebagai contoh khasus ini.
Pada sisi lain musik tradisional selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari suatu komunitas. Dan banyak suatu komunitas setempat. Misalnya, untuk keperluan upacara yang bersifat ritual, untuk kepentingan pekerjaan, mengurangi tari-tari tradisional atau bisa juga sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai budaya ataupun sejarah komunitas setempat.
Dari segi lirik lagu-lagu tradidional, umumnya bersifat sederhana dengan pengulangan-pengulangan yang tetap. Dari persepsi sederhana tentang musik tradisional tersebut ada beberapa ciri yang dianggap menonjol dalam karya musik tradisional, yaitu:
·         Karya musik itu berkembang dalam suatu komunitas.
·         Karta tersebut menggambarkan kepribadian komunal.
·         Karya tersebut menyuarakan semangat dan spirit kebersamaan komunitas
·         Karya tersebut senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anggota komunitas
·         Sifatnya fungsional
·         Proses pewarisnya tidak mengenal cara-cara tertulis.


E.     PENYUSUTAN TERHADAP GENDHING-GENDHING KLASIK JIWA

Gendhing dalam pengertian yang lias berarti semua bentuk komposisi gamelan. Dalam pengertian yang sempit berarti komposisi gamelan yang terdiri atas dua bagian, yakni merong dan inggab. Merong adalah bagian pertama dari gendhing yang mengandung suasana agung, khidmat, tenang. Inggab adalah bagian gendhing yang bersuasana gairah.
Gendhing yang terdiri atas merong dan inggab itu hanya berlaku untuk bentuk-bentuk tertentu, yaitu mulai dari bentuk ketbuk loro kerep sampai dengan bentuk ketbuk wolu kerep atau ketbuk papat arang, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
·         Gendhing ketbuk 2 kerep (dalam satu gongan terdiri dari 4 satuan kenong, setiap satuan kenong terdiri 16 sabetan balungan, jadi dalam satuan gong terdiri atas 4 x 16 atau 64sabetan balungan)
·         Gendhing ketbuk 2 orang, (dalam satu gongan terdiri atas 4 satuan kenong, dalam setiap satuan kenong terdiri atas 32 sabetan balungan, jadi dalam satuan gong terdiri atas 4 x 32 atau 128 sabetan galungan)
Adapun kombinasi yang lebih kecil dari bentuk-bentuk gendhing I sampai V itu dikalangan pengrawit dicebut nama bentuknya, seperti ladrang, ketawang, lancaran, ayak-ayak , srepeg, sampak, kemuda. Sebagai berikut:
a.       Ladrang (dalam satuan gong terdiri atas 4 satuan kenong, setiap satuan kenong terdiri atas 8 sabetan balungan, jadi dalam satuan gong tersebut terdiri ata 4 x 8 atau 32 sabetan balungan)
b.      Ketawang (dalam satuan gong terdiri atas 2 satuan kenong, setiap satuan kenong terdiri atas 8 sabetan balungan, jadi dalam satuan gong tersebut terdiri ata 2 x 8 atau 16 sabetan balungan)
c.       Lancaran, yaitu komposisi dalam satuan gong terdiri atas 4 satuan kenong, setiap satuan kenong terdiri atas dua sabetan balungan, namun biasanya, jarang sekali gendhing lancaran yang hanya terdiri atas 1 gong, sedikitnya 2 satuan gong.
Pradjapangwarit menggolongkan bentuk-bentuk gendhing itu kedalam 3 golongan:
1)      Golongan gendhi ageng untuk gendhing II sampai denganV
2)      Gendhing tengaban untuk gendhing I yang sidikitnya terdiri atas 2 putaran
3)      Gendhing alit untuk gendhing satu  yang terdiri atas i putaran, ladrang, dan ketawang.
Selain aturan bentuk di atas, setiap golongan gendhing mengikuti aturan “garap” yang satu dengan yang lainnya relatif berbeda. Garap mendhing mencakupi unsur-unsur membentuk karakter atau masa musikal, yaitu bagaimana menggarap setiap istrumen dalam ansabel gamelan: melodinya, beberapa kecepatan dan atau kelambatan tenponya. Seberapa keras dan lirih volumenya, yang beberapa tinggi dan atau rendah nadanya. Hal yang serupa juga berlaku dalam menggarap atau menjanjikan vokal, baik vokal tunggal maupun vokal bersama. Perbedaan garap  yang relatif itu pada hakikatnya untuk menghasilkan karakter / watak gendhing, atau nuansa rasa musikal yang berbeda pula, mulai dari yang terasa seger sunyeh.
Gendhing-gendhing ini jumlahnya ratusan , baik yang sudah masuk dalam tabel di atas maupun yang belum, menurut tradisi kraton dulu disajikan di dalam 4 macam ansabe:
·         Pakurmatan
·         Klenengan
·         Iringan pakeliran
·         Dan iringan tari

1.      Gendhing-Gendhing Pakurmatan
Keraton memiliki gamelan dan gendhing yang khusus untuk pakurmatan (upacara). Gamelan parkumatan itu adalah kodhok ngorek, monggang, carabalen, dan sekaten. Gendhing-gendhing kothok ngorek, monggang, carabalen, dan sekaten, masing-masing hanya satu  gendhing yang diciptakan khusus untuk itu. Gandhing-gandhing carabelan sebagian ciptaan khusus, sebagian diambil dari repertoar yang ada. Gendhing-gendhing sekaten sebagian diciptakan khususs, sebagian diambil dari bagian-bagian inggah Gendhing-gendhing bonang yang ada. Penyajian Gendhing-gendhing untuk pakurmatan yang disajikan dengan gamelan ageng.

2.      Gendhing-gendhing klenengan
Klenengan kurang lebih sama artinya dengan konser. Menurut tradisi yang masih cukup dihormati oleh para pengrawit, penyajian gendhing dalam acara klenengan mengikuti aturan tertentu. Urutan gendhing yang disajikan untuk konser di pagi maupun malam hari sesuai dengan hirakki/ urutan pathet.
3.      Gendhing-gendhing iringan pakeliran wayang kulit
Ada beberapa jenis pakeliran wayang kulit yang pernah digeliminasi oleh keraton. Selain pakeliran wayang kulit purwa, juga ada pakeliran wayang gedhuk. Pakeliran wayangkulit purwa, yang populer sampai sekarang, yang mengisahkan epos mahanarata dan atau ramayan. Pakeliran wayang madya, yang sudah lama tidak muncul, mengisahkan kelanjutan cerita maharabata, yaitu sejak gendra yana hingga jayalengkara. Pakeliran wayang geghog, yang jarang sekali muncul mengusahkan cerita panji yang berlokus disinga sari, jenggala, dan kediri.
Ketiga pakeliran wayang kulit tersebut, menurut tradisi pakeliran kraton, menghendaki garap gendhing, dan gamelan yang khusus. Pakeliran wayang madya di iring oleh gamelan dan Gendhing-gendhing berlaras pelog.

4.      Gendhing-gendhing Iringan Tali
Tari dilingkungan keraton yang di iringi dengan Gendhing-gendhing Iringan Tali Klasik meliputi tari bedhaya, srimpi, dan wireng. Bedhaya adalah tari kelompok dengan tujuh sampai dengan sembilan tari perempuan yang semuanya masih gadis. Bedhaya bukan sekedar gerak komposisi gerak yang samauntuk 7—9 orang, melainkan suatu koreografi yang mendramitasikan suatu “kisah”. Oleh karena itu, ada penari yang berperan sebagai tokoh utama (batak) dan peran lainnya. Bedhaya biasanya disajikan dalam konteks ritual kerajaan. Serimpi adalah tari kelompok dengan empat tari perempuan yang semuanya masih gadis, biasanya puteri-puteri kerajaan. Srimpi disajikan bukan dalam konteks ritual, melainkan kelageman, atau jamuan untuk tamu. Wireng adalah tari berpasangan, memerenkan tokoh-tokoh yang bermusuh, yang kisahnya diambil dari maharabata, ramayana, panji, dan menak.
Hampir semua gendhing yang digunakan untuk mengiringi tari-tari tersebut termasuk dalam daftar yang telah dibatasi diatas. Gendhing-gendhing yang digunakan untuk iringan bedhaya dan serimpi mempunyai penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud berupa perubahn, pemotongan atau penyingkatan. Ciri yang menonjol dalam iringan bedhaya yang tidak ada dalam garap klenengan adanya vokal sindbenan bedhaya yang dinyanyikan oleh swarawati dan swarawara bersama-sama. Gendhing-gendhing yang tidak pernah dipakai kecuali untuk mengiringi bedhaya-serimpi adalah Gendhing-gendhing kethuk-kenong untuk bedhaya pangkur, bedhaya duradasih, dan srimpi anglir mendhung.
Dalam proses perembesan tdari dalam keluar istana itu rupanya terjadi seleksi. Tidak semua Gendhing-gendhing keraton itu disajikan dan dinikmati oleh masyarakat diluar istana. Sudah barang tentu, Gendhing-gendhing yang dihormati sebagai pusaka keraton kebanyakan pada Gendhing-gendhing kethuk 2 kerep, ladrang, ketawang lancaran. Dari pilihan inilah kemudian kita mengenal Gendhing-gendhing “adhakan”.
Dalang kondang Ki Nartosabdo, masuk dalam persaingan trend gendhing masa itu. Bersama kelompok karawitan condhong raos, beliau menggarap sepertoar gendhing adhakan menjadi lebih segar, lebig prenes (lincah), lebih mrabot (rumit). Ia juga mengubah gendhing dolanan baru, mulai yang bernuansa tradisi sampai yang bergaya. Hampir semua gendhing garapannya itu disajikan dalam pertunjukan wayang kulit yang didalamnya. Masyarakat, selain juga dengan pakeliran gaya Ki Nartosabdo, juga suka dengan gendhing gubahannya yang segar.
Perusahaan-perusahaan rekaman berdatangan silih berganti untuk mengajak bekerja sama. Hasilnya ratusan album parkeliran dan gendhing Ki Narto Sabdho, produksi berbagai perusahaan rekaman, memenuhi tak-rak toko kaset di kota- besar dan kecil. Ada tiga ratusan gendhing gubahan Ki Narto Sabdho adalah mempopulerkan gendhing adhakan dan menambah repertoar baru.
Gendhing-gendhing besar, terutama bagian inggah gendhing bonang, yang karakternya gagah-bregas, akan tetap hidup selama kraton melestarikan tetabuhan gamelan sekaten pada setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, kurang mendapat respons dari pengunjung festival sekaten yang jumlahnya ribuan. Pengunjung hanya lewat begitu saja didepan lokasi gamelan, atau tidak sama sekali. Perhatian penggunjung umumnya pada pasar malam, atau tontonan lain yang  digelar di alun-alun, seperti sulap, dangdut dan judi. Orang yang setian mendengarkan Gendhing-gendhing sekaten justru kakek-nenek dari pedesaan mereka datang, langsung duduk di dekat gamelan, mengunyah sirih, dan memohon di dalam hati agar diberi keselamatan, kesehatan, mudah rejeki. Mereka belum mau bangun dari tempat duduk sebelum para pengrawit meninggalkan gamelan.
Tampaknya alam kehidupan sekarang tidak kondusif bagi kehidupannya gendhing klasik tradisional. Gendhing itu di buat sesuai dengan alam keraton Jawa pada waktu itu. Oleh karena itu pula dalam perkembangan Gendhing-gendhing tertentu, pernah terjadi semacam pemadatan seperti halnya pemadatan tari bedhaya sebagai “pengedilan” format atau sekala gendhing, misalnya rondon menjadi rondon cilik: sangupati kethuk 4 orang menjadi sangupati kethuk 2 kerep; Ladrang playon 13 gongan menjadi 3 gongan, dan lain-lainnya. Sebaliknya, juga terjadi “pembesaran” format, misalnya ladrang wilujeng menjadi gendhi wilujeng, dan lain sebagainya.
Gendhing klasik yang pernah dicipyakan oleh empu-empu gendhing sungguh mengandung nilai estetika, sejarah, dan fungsional yang tak terhingga. Akan tetapi, sayang akan alam kehidupan sekarang tidak mampu memberikan akomodasi yang pas untuk mereka. Masyarakat sekarang sudah terformat dalam alam kehidupan yang serba praktis , prakmatis, cepat, bersaing keras untuk hidup, dan efisien, kiranya akan merasa muak terhadap sifat-sifat yang mengutamakan kehalusan, kelembutan, keselarasan, keseimbangan, yang mungkin diidentikkan dengan sifat-sifat negatif sebangsa. Kalau pandangan atau aspresiasi masyarakat pada umumnya begitu serupa, apa mau dikata, kita akan menghadapi kenyataan yang paling pahit: kemusnahan.



BAB III
PENUTUP

1.      Musik merupakan suatu kumpulan atau susunan bunyi atau nada, yang mempunyai ritme tertentu, serta mangandung isi atau nilai perasaan tertentu.
2.      Ada beberapa hal definisi tentang musik, yang diucapkan atau dihasilkan para ahli. Sifatnya memang mengandung subjektif, tetapi minimal dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Diantaranya adalah:
·         Musik adalah ekspresi dari suatu yang agung
·         Musik adalah bahasa dunia: ia tidak perlu diterjemahkan, dalam musik berbicara dari jiwa kepada jiwa
·         Musik adalah suatu daerang atau suatu kawasan tempat dimana kata-kata tidak perlu ikut serta
·         Musik adalah janji atau jaminan akan hidup yang kekal abadi
·         Musik adalah bunyi-bunyian yang logis tetapi bukan logika dari suatu argumentasi, musik adalah suatu himpunan teratur dari vutalitas, suatu impian dimana-mana bunyi-bunyian dersatu padu dan mengkristalisasi
·         Musik adalah suatu perwujudan yang lebih tinggi daripada budi dan filsafat.
3.      Dari persepsi sederhana tentang musik tradisional tersebut ada beberapa ciri yang dianggap menonjol dalam karya musik tradisional, yaitu:
·         Karya musik itu berkembang dalam suatu komunitas.
·         Karta tersebut menggambarkan kepribadian komunal.
·         Karya tersebut menyuarakan semangat dan spirit kebersamaan komunitas
·         Karya tersebut senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anggota komunitas
·         Sifatnya fungsional
·         Proses pewarisnya tidak mengenal cara-cara tertulis.

4.      Gendhing dalam pengertian yang lias berarti semua bentuk komposisi gamelan. Dalam pengertian yang sempit berarti komposisi gamelan yang terdiri atas dua bagian, yakni merong dan inggab.
5.      Merong adalah bagian pertama dari gendhing yang mengandung suasana agung, khidmat, tenang. Inggab adalah bagian gendhing yang bersuasana gairah.



DAFTAR PUSTAKA


Mustopo, Habib. 1983. Ilmu Budaya Dasar. Usaha Nasional. Surabaya-Indonesia
Jabrohim, dkk.1995. Islam Dan Kesenian. Majelis Kebudayaan Muhammadiyah Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta
Sedywati, Edi. 2003. Warisan Budaya Takbenda. PPKB-LPUI. Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar